Sandwich generation adalah salah satu masalah yang kerap kali menjangkiti masyarakat yang ada di negara berkembang layaknya Indonesia. Pastinya banyak diantara Anda yang sudah sering mendengar mengenai istilah yang satu ini bukan, namun sebenarnya apa itu? Bahkan sebenarnya mungkin Anda sendiri secara tidak sadar juga sudah terjebak di dalam kondisi tersebut, apalagi bagi yang sudah turun temurun dari keluarga mereka biasanya cenderung lebih sulit untuk bisa keluar dari sana.
Pada dasarnya generasi roti lapis ini adalah sebutan bagi seseorang yang berperan untuk menanggung kehidupan dari dua generasi sekaligus, diantaranya adalah orang tuanya serta anak bahkan terkadang masih ditambah dengan cucu. Kondisi semacam ini kerap kali dianggap biasa oleh masyarakat yang hidup di negara berkembang layaknya Indonesia, karena memang tingkat ekonomi mereka sendiri masih cenderung menengah ke bawah. Padahal sebenarnya ini termasuk persoalan yang harus diwaspadai.
Orang-orang yang sudah terjebak dalam generasi roti lapis ini akan kesulitan untuk keluar dari sana, mereka akan merasakan beban tanggungan hidup yang begitu tinggi karena harus membiayai 2 generasi sekaligus, ditambah lagi terkadang tingkat stres hingga depresi juga tinggi karena tidak memiliki banyak waktu untuk diri sendiri, melainkan lebih banyak waktunya yang digunakan untuk bekerja, mengingat tuntutan hidup yang begitu besar.
Pastinya Anda sendiri juga tidak ingin berada di dalam posisi tersebut bukan, namun ketika sudah terjebak disana memang sulit untuk keluar. Apalagi jika sedari dulu sudah dibiasakan hidup dengan prinsip ‘makan tidak makan yang penting kumpul’ akibatnya anak-anak jadi malas atau tidak mau berusaha. Sehingga lebih suka menggantungkan hidup kepada orang tuanya, hal ini juga bisa saja diturunkan kepada anak cucunya nanti, jadi harus diwaspadai, pendidikan atau literasi keuangan ini penting diterapkan sedini mungkin.
Pada dasarnya ada 3 jenis generasi sandwich ini, diantaranya adalah :
1. The traditional sandwich generation, the traditional sandwich generation adalah generasi roti lapis yang didominasi oleh orang dewasa dengan rentan usia antara 40 hingga 50 tahun. Dimana mereka masih diapit oleh kebutuhan dari orang tua berusia lanjut serta anak-anaknya sendiri yang masih belum bekerja. Rantai ini bisa diputus dengan beberapa cara, diantaranya adalah:
• Memanfaatkan adanya PTKP atau Penghasilan Tidak Kena Pajak, sehingga nantinya bisa membawa pulang lebih banyak uang penghasilan Anda, jadi sebagian diantaranya dapat ditabung.
• Mulai dengan mengajarkan pendidikan financial kepada anak, bagaimanapun juga literasi tentang keuangan ini penting untuk diajarkan sedini mungkin kepada anak-anak, pastinya juga bukan tanpa alasan, melainkan agar mereka bisa mengelola keuangan dengan lebih baik, jadi pengeluaran juga tidak membengkak.
• Mulai menyiapkan dana pensiun, dengan tujuan agar tidak sampai membebani anak-anak ketika sudah tidak bekerja nanti. Karena mereka juga harus melanjutkan kehidupan bersama dengan keluarganya.
2. The club sandwich generation, sementara pada generasi sandwich yang satu ini didominasi oleh orang dengan rentan usia yaitu 30 hingga 60 tahun tinggal dalam satu rumah bersama. Biasanya adalah orang tua yang diapit dengan anak serta cucunya, jadi harus menanggung banyak kebutuhan dari satu generasi ke generasi yang lainnya. Hal tersebut bisa terjadi karena sebenarnya anak belum siap secara financial namun memaksakan diri untuk menikah dan punya anak.
3. The open faced sandwich generation, the open faced sandwich generation adalah sebuah generasi yang isinya adalah siapa saja yang terlibat di dalam perawatan lansia. Jadi orang-orang yang sudah menikah serta punya anak, namun masih harus membiayai orang tuanya, bahkan terkadang juga saudara kandungnya yang masih kecil.
Jangan sampai hidup Anda terasa tidak nyaman, banyak stres karena memang dihadapkan dalam situasi semacam ini. Memang tidak ada salahnya untuk ikut bersama-sama menanggung kebutuhan orang tua ketika sudah pensiun, namun jangan ditanggung sendiri, sebaiknya dibantu oleh saudara jika memang ada. Karena bagaimanapun sebenarnya hal ini juga menjadi tanggung jawab dari anak bersama, tidak hanya dilimpahkan pada satu orang saja. Mulai mengajarkan anak tentang keuangan juga penting untuk cegah munculnya generasi ini.